Cerita hantu genderuwo ini aku alami pada tengah tahun yang lalu tepatnya setelah aku lulus di sekolah menengah atas. Hobiku adalah hiking dan camping, sebagai penghilang stres dan menikmati keindahan alam sambil menunggu pengesahan surat kelulusan aku bersama enam temanku berencana pergi camping, disuatu tempat yang merupakan bendungan atau waduk yang dibangun oleh kolonial belanda pada masa penjajahan dan sekarang dijadikan tempat latihan oleh para TNI AD.
Satu hari sebelum keberangkatan tiga orang temanku mendadak membatalkan rencana tersebut dengan alasan ada keperluan mendadak. Akhirnya kita memutuskan untuk tetap berangkat walaupun hanya tiga orang saja, disinilah awal mula kejadian menyeramkan yang aku alami saat bertemu dengan penampakan sosok hantu genderuwo. Singkat cerita kami pun berangkat menuju tempat camping. Sesampainya disana tepatnya dipintu masuk kawasan komando. Kami bertiga cek barang untuk terakhir kalinya.
“Gimana? udah pada komplit? lanjut yuk” waktu jarak tempuh ke atas kurang lebih adalah 4 jam. Jadi perkiraan kami sampai di atas, sekitar jam 6 sore. Dengan medan yang cukup jauh dan menanjak, kami hanya beristirahat untuk minum saja dan kami pun melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan untuk menghilangkan rasa cape dan kelelahan kami pun bercanda gurau. Akhirnya kami pun sampai di situ lembang, 30 menit lebih lambat dari estimasi yang kami sudah perkirakan.
Namun ada yang aneh, biasanya banyak yang berkemah ditempat ini tapi pada hari itu suasana sepi sekali, seakan hanya kami yang berkemah pada hari itu. Tanpa membuang waktu, kami pun mendirikan tenda dan entah kenapa mataku tertuju kepada pintu air dan menyarankan memasang tenda tepat disamping pintu air. Karena aku sendirian, maka tenda aku bangun sendiri.
Menit berganti jam, kami lalui dengan canda gurau yang di terangi oleh cahaya jempor/lampu petromak yang terbuat dari botol minuman lalu di isi minyak tanah dan sumbu kompor. Suasana malam itu begitu sepi dan tanpa terasa waktu sudah jam 12 malam. Kedua temanku akhirnya pamit masuk tenda dan mereka tidur terlebih dahulu. Sedangkan aku masih terjaga, di sepi dan dinginnya malam ini. Tak berapa lama samar-samar aku seperti mendengar suara langkah dari arah bawah.
Aku pikir itu sepertinya pendaki lain yang mungkin berkemah disini. Saat aku mulai mengantuk aku masuk ke tendaku. Ketika aku bersiap akan mengambil posisi tidur, terdengar suara langkah lagi. Langkah itu semakin dekat dan anehnya langkah itu seperti bukan langkah orang biasa karena suaranya lebih berat menghentak tanah.
Hingga aku dapat merasakan getarannya, rasa penasaranku begitu besar dan ingin memastikan suara langkah kaki itu. Pada saat aku memastikan suara itu berasal dari luar tenda, aku pun keluar dari tenda tapi aku tidak melihat siapapun. Malah suara langkah itu terhenti seketika dan terdengar hanya suara binatang malam.
Aku pun kembali ke dalam tenda dan bersenandung kecil untuk menghibur diri siapa tau aku bisa tidur. Tidak berapa lama suara langkah itu pun terdengar lagi, kali ini angin dari luar begitu besar menerpa tenda. Hingga hawa dingin menyeruak kedalam tenda, samar-samar aku merasa. Ada bebauan yang cukup aneh yang aku cium. Aku yakin ini seperti bunga kaca piring atau gardenia, semakin lama harum itu semakin kuat.
Perasaanku mulai tidak enak, aku akan keluar dari tenda dan membangunkan temanku. Namun baru saja aku membuka tendaku dan melihat keluar. Astagfirulah. Aku melihat sosok makhluk, ukurannya tidak lazim. Ukurannya tidak seperti orang-orang pada umumnya. ukurannya 4 kali lebih besar dari manusia biasa dengan posisi badan jongkok, kepalanya melenggak lenggok dan mendekati ke tendaku seakan mengintip ke dalam.
Wajah makhluk itu seperti leak bali dan hampir mirip dengan sesosok hantu genderuwo, matanya yang melotot dan setengah keluar hitam, lalu alisnya tebal, kulitnya putih bersisik dengan hidung lebar dan lidah menjulur panjang juga taring yang menyeringai. “Makhluk apa itu? Apakah ini nyata?” ucap batinku, sebisa mungkin aku berdoa untuk menghalau makhluk itu akan tetapi mulutku seakan seperti membeku. Ketika aku sedang berusaha berdoa, hantu genderuwo itu menggeram dan mulutnya sambil berkata. “Siapa kamu? Mau apa kesini? Pergi dari sini”.
Aku berteriak sekencang mungkin dan berusaha membangunkan kedua temanku yang tertidur, tapi mereka tidak ada yang bangun dan seakan mereka tidak mendengar teriakanku. Makhluk itu terlihat sangat marah dan seperti ingin mencengkramku dengan tangan dan kuku tajamnya yang berusaha memegang jaket yang aku pakai dan tidak lama semua menjadi gelap.
Keesokan harinya aku dibangunkan oleh kedua temanku, aku pun bercerita tentang apa yang sudah aku alami tadi malam bertemu dengan sesosok hantu genderuwo. Apa ini akibat kita berkemah dengan jumlah anggota yang ganjil tanyaku kepada temanku dan kami pun tidak melanjutkan pembicaraan malah memutuskan beres-beres untuk pulang. Sejak kejadian itu aku tidak pernah lagi ingin pergi ke hutan dengan jumlah orang yang ganjil.