Namaku Lidia, aku tinggal di ujung berung dan sehari-hari aku bekerja menjadi shop keeper di sebuah outlet namun tidak jarang aku menerima tawaran menjadi Sales Promotion Girl (SPG) di berbagai event. Aku menjadi SPG sebuah telepon seluler pada sebuah acara di Gasibu, konser ini berlangsung dari sore hari sampai tengah malam. Awalnya aku sempat ragu untuk menerima tawaran ini.
Karena jam kerja yang bentrok dengan outlet, beruntung ada teman yang menggantikan. Sehingga aku pun menerima tawaran itu. Konser selesai sesuai jadwal sekitar jam 12.30 malam. Sayangnya aku tidak bisa langsung pulang, aku harus briefing dulu dengan koordinator penjualan dan melaporkan hasil penjualanku pada hari itu. Setelah selesai seluruh SPG pun disuruh pulang, namun aku masih menunggu tika temanku.
Tika merupakan SPG seluler yang sama denganku, tadi ditengah istirahat makan aku berkenalan dengannya. Tika menawariku untuk pulang bersamanya, karena dia dijemput pacarnya yang membawa mobil dan Aku langsung menerima tawaran itu. Singkat cerita akhirnya aku diantar oleh tika dan pacarnya sampai di tempat gang didekat rumahku.
Sebenarnya rumahku masih jauh kedalam, tapi hanya motor yang bisa masuk ke dalam gang. Aku langsung masuk ke gang dan berjalan menuju rumahku, ketika itu gang nya sangat gelap. Tidak ada lampu penerangan sama sekali. Suasana sangat sepi, dan hanya terdengar suara ketukan sepatu di atas jalan aspal. Aku memeriksa jam, sudah hampir 2.30 pagi. Aku pun mempercepat jalanku, melewati beberapa rumah dan berpapasan dengan penjual sekoteng yang hendak pulang.
Penjual sekoteng itu mendorong gerobaknya sambil menatapku dengan tatapan heran. Aku mengacuhkannya dan berjalan dengan cepat, setelah melewati beberapa rumah lagi. Tiba-tiba aku mendengar suara tangisan bayi, aku pun mempercepat langkahku karena ketakutan. Dan langkahku terhenti sejenak ketika mendadak saja sekarang berdiri membelakangiku seseorang dengan tubuh mungil didepanku.
Sosok itu berdiri ditengah jalan, perlahan aku berjalan dan setelah aku mendekat. Ternyata sosok itu adalah seorang nenek tua. Aku meliriknya, dia mengenakan setelah kebaya dan samping batik. Aku melewatinya sambil terus menatapnya dan tiba-tiba nenek itu balas melirik. Aku langsung membuang muka dan menatap lurus ke depan. Setelah beberapa meter, tiba-tiba aku mendengar suara dibelakangku.
“Neng”…
Nenek itu memanggilku, aku sempat menghentikan langkahku dan berpikir untuk melihat. Namun aku terlalu takut, aku berjalan lagi seolah tidak mendengar panggilannya. Dan nenek itu memanggilku lagi.
“Neng”…
Suara nenek itu terdengar memelas, aku tidak tega mengacuhkannya. Aku pun membalikan badan dan berjalan kembali ke arahnya.
“Iya Nek, ada apa?” ucapku.
“Mau minta tolong neng, Nenek mau pulang tidak ada ongkos. Kasihan neng cucu nenek sudah sangat kedinginan”.
Aku pun merasa sedikit iba, aku langsung meraih tas dan mengambil dompet. Aku membuka dompet, namun hanya ada selembar uang 20rb dan beberapa uang lembar ribuan. Aku memutuskan untuk memberikan semuanya. “Maaf Nek, aku hanya punya segini.” Kataku sambil menyodorkan semua uang yang aku punya. Namun nenek itu tidak menggerakan tangan untuk mengambilnya. Nenek itu masih tidak bergerak, nenek itu hanya menganguk sambil tersenyum tapi tiba-tiba nenek itu mengerang kesakitan.
Astaga dari mulutnya keluar darah, dan matanya melotot sambil. Dia mencengkram lehernya sendiri, dan leher nenek itu patah. Dia mematahkan lehernya sendiri dan kepalanya sekarang terkulai mengerikan. Aku melompat ke belakang, matanya masih melotot ke arahku dan mulutnya menganga lebar. Aku langsung lemas dan terjatuh dijalanan, aku ingin berdiri tapi tidak sanggup.
Aku memejamkan mata karena takut dan aku hanya bisa menangis. Sambil memejamkan mata, aku berdoa supaya nenek itu menghilang dari hadapanku. Tiba-tiba suara rintihan itu menghilang dan sekarang hanya terdengar suara tangisan bayi yang tadi. Aku memberanikan diri untuk membuka mata, dan astaga nenek itu masih ada didepanku. Sekarang nenek itu sedang menggendong seorang bayi, kepala nenek itu masih patah.
Tiba-tiba nenek itu berkata, “Neng, cucu nenek mau bilang makasih”. Nenek itu terlihat sangat menyeramkan, dia masih bisa berbicara padahal lehernya sudah patah ke samping. Aku berteriak “Jangan ganggu saya,” sambil menutup kedua mata dengan tanganku. Sesaat kemudian terdengar, terdengar suara derap langkah didekatku dan suara tangisan bayi langsung berhenti.
Aku langsung membuka mata dan ternyata itu suara tukang sekoteng tadi. Dia datang beramai-ramai dengan pemuda di warung kopi. “Aku digangguin hantu,” kataku sambil dibantu berdiri oleh mereka. Mereka pun mengantarku berjalan sampai rumah. Sambil berjalan, aku menceritakan apa yang aku alami barusan. Tukang sekoteng itu mendadak merinding mendengar ceritaku, katanya saat tadi berpapasan denganku.
Dia juga sempat melihat nenek yang berada tadi ditengah jalan. Hanya saja nenek itu tidak memanggilnya, aku terdiam mendengar ceritanya. Sesampainya aku dirumah, orantuaku langsung panik melihatku diantar oleh banyak orang. Aku enggan menceritakan kejadian itu lagi dan aku pun langsung tidur.
Tukang sekoteng itulah yang menceritakan kepada orangtuaku. Sampai sekarang, aku belum berhasil mengetahui kenapa Hantu nenek itu bisa muncul. Ada desas desus yang bilang kalau itu adalah arwah penasaran dari nenek yang meninggal karena peristiwa tabrak lari. Sekian pengalamanku ketika waktu itu masih menjadi SPG.